Sabtu, 30 Januari 2010

Plastik dari Lumpur......? Ilmuwan Jepang Temukan Plastik Dari Bahan Dasar Lumpur


















Hingga saat ini plastik memang belum menemukan bentuknya yang ramah lingkungan. tetapi berbagai usaha telah banyak dilakukan, termasuk satu diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan di Jepang yang dipimpin oleh Takuzo Aida.
Apa yang dilakukan tim ilmuwan dari Jepang tersebut memang tetap tidak jauh-jauh dari kata bumi, hanya saja kali ini bukan minyak bumi yang digunakan tetapi bumi dalam artian tanah liat. Menurut tim tersebut, mencampurkan tanah liat dan air atau lumpur serta bahan penebal khusus dalam persentase yang tepat bisa menghasilkan plastik yang kuat dan bisa memperbaiki diri atau disebut juga dengan hydrogel, yang 98% bagiannya adalah air. Sama seperti plastik yang terbuat dari bahan minyak bumi, plastik ini pun bisa dibuat dan dicetak dalam berbagai bentuk, bahkan waktu yang dibutuhkan untuk menjadi sebuah bentuk juga singkat, hanya 3 menit.
Bagian terpenting dari plastik jenis ini adalah sodium polyacrylate, sebuah material yang mempunyai kemampuan menyerap air dalam jumlah besar. Menurut tim tersebut, kemampuannya mencapai 300 kali berat material tersebut.
Lebih ramah lingkungan? Jika kaitannya dengan emisi karbon dan polusi yang ditimbulkan, tentu plastik ini jauh lebih ramah lingkungan. Tetapi ada satu hal yang memerlukan penelitian lebih jauh. Menurut tim tersebut,
Jika penelitian yang juga telah dipublikasikan dalam jurnal Nature tersebut mencapai hasil yang diharapkan, maka langkah besar telah dibuat. Lumpur kelak menjadi jauh lebih bernilai dibandingkan hanya menjadi penyebab kekesalan akibat kotor yang ditimbulkannya.

Memulihkan Lapisan Ozon Memperparah Pemanasan Global

Oleh Planethijau.com

















Masih hangatnya isu pemanasan global seolah mengesampingkan isu yang beberapa waktu lalu melaporkan menipisnya lapisan ozon di stratosfir. Padahal menurut beberapa sumber, keduanya terkait.
Pemanasan global akibat dari meningkatnya jumlah gas rumah kaca seperti karbon, methan, nitrogen dan sebagainya, akan menahan panas yang ditimbulkan aktivitas manusia. Ibarat sebuah batu berbentuk bola yang aktivitasnya menimbulkan panas, maka agar tetap menjaga suhu tetap rendah, panas tersebut harus dibuang.
Hanya saja banyaknya gas di lapisan troposfir mencegah panas itu berpindah ke lapisan stratosfir. Bola batu semakin panas, sementara stratosfir semakin dingin.
Lapisan ozon, di lain sisi merupakan lapisan yang terbentuk dari Ozon (O3) dan berada di lapisan stratosfir. Menurut beberapa referensi tersebut di atas, menurunya suhu di lapisan stratosfir juga mempercepat menipisnya lapisan ozon. Jika suhu stratosfir tetap dan tidak mengalami penurunan, maka menipisnya lapisan tersebut bisa diperlambat.
Jika demikian, maka hal yang harus dilakukan agar lapisan ozon tidak semakin menipis adalah dengan mengurangi laju pemanasan global.
Hanya saja, menurut beberapa peneliti dari University of Leeds tidak demikian halnya. Memperbaiki lubang di lapisan ozon akan semakin mempercepat pemanasan global. Laporan tersebut berdasarkan data penelitian di kawasan Antartika.
Menurut tim dari University of Leeds, angin kencang yang bertiup di kawasan Antartika menerbangkan butiran air laut yang mengandung partikel-partikel garam, yang kemudian membentuk awan. Butiran-butiran air tersebut membentuk awan-awan di atas Antartika menjadi lebih cerah dan lebih reflektif. Dengan kondisi awan yang demikian, banyak sinar matahari yang dipantulkan kembali sebelum mencapai permukaan bumi.
Professor Ken Carslaw yang juga menjadi bagian dari tim tersebut menjelaskan bahwa awan yang terbentuk di atas Antartika merupakan cermin yang memantulkan sinar matahari. Jika angin di kawasan tersebut menurun sesuai dengan hasil penelitian yang telah banyak dilakukan, maka kenaikan suhu di kawasan tersebut menjadi lebih cepat dengan banyaknya sinar matahari yang jatuh di kawasan tersebut.
Menurutnya, jika lapisan ozon akan dipulihkan, maka tidak ada angin kencang yang mengangkat butiran-butiran partikel garam yang membentuk awan dan efek yang terjadi adalah mempercepat naiknya suhu di kawasan tersebut. Professor Ken Carslaw menawarkan solusi dengan menggunakan aerosol sebagai pengganti awan agar cermin besar tetap terpasang di kawasan tersebut.

Jumat, 29 Januari 2010

Baba Rafi Buka Sekolah Ketrampilan

Sebagai upaya untuk mengembangkan SDM para operator outlet, PT Baba RafiIndonesia mendirikan sekolah yang bernama "Baba Rafi Academy". Hal ini terwujud setelah dilakukan penandatanganan kerjasama dengan Magistra Utama, sebuah Lembaga Pendidikan Ketrampilan dan Pelatihan Kerja yang ada dikota Malang dan 9 cabangnya yang ada di Jawa, n saya di Solo, pada 9 mei 2009 lalu.
Menurut Hendy Setiono, Presiden PT Baba Rafi Indonesia kerjasama ini didasari keinginan untuk mendidik dan melatih ketrampilan kerja operator franchisee-nya meliputi pelayanan, kebersihan serta keramahan. Selain itu juga, untuk mendapatkan tenaga kerja operator yang qualified, terlatih dan siap pakai.

Kamis, 28 Januari 2010

Tentang SembarUsaha

SembarUsaha diamabil dari kata Sembara yang artinya pengembara/mengembara dan Usaha artinya berwirausaha. So SembarUsah adalah unit manusia yang mengembara dalam berusaha. SembarUsaha diciptakan tidak untuk menjelajahi, mengembara semua kemungkinan usaha dan bukan hanya untuk menampung konsep-konsep dasar maupun terapan usaha, namun merealisasikan dalam bentuk kenyataan. Dimana yang berani bertindak itulah yang akan menang.